Revolusi yang kini melanda dunia komunikasi bergerak memungkinkan nasabah seolah-olah memiliki ATM pribadi di dalam genggaman.
Sembari mondar-mandir, Mutiara memencet tuts telepon selulernya (ponsel). Sejurus kemudian, ia menekan tombol “OK” saat muncul fitur send. Eksekutif muda itu lantas mendekati kompor gas yang sudah menyala beberapa saat sebelumnya. Rupanya, ia sedang menggoreng telur. Lima menit berlalu, terdengar “tit...tit....” Ada kiriman SMS (short message service) rupanya. “Transaksi sudah dilakukan,” begitu bunyi pesan itu. Mutiara tersenyum.
Ibu dua anak itu baru saja mentransfer Rp 1,5 juta kepada putrinya yang kuliah di Yogyakarta. “Enak, tanpa antre dan mendatangi teller atau ATM (anjungan tunai mandiri), kita bisa menikmati layanan perbankan sembari melakukan pekerjaan rutin,” katanya. Maklum, lewat ponsel Siemens ME 45 yang kecil, kompak, canggih, dan tahan banting, Mutiara bisa leluasa melakukan transaksi perbankan. Layanan ini populer disebut mobile banking (m-banking). Dengan fasilitas m-banking, ia bisa melakukan transaksi perbankan kapan saja dan di mana saja lewat lentikan jari-jari tangannya.
Kemudahan yang dinikmati Mutiara tidak lepas dari revolusi yang kini melanda dunia komunikasi bergerak. Jika perkembangan internet menawarkan jasa internet banking (i-banking) yang membuka peluang transaksi kapan saja dan di mana saja seolah-olah nasabah memiliki ATM pribadi di komputer, munculnya komunikasi bergerak mengubah ATM berada dalam genggaman. “Artinya, Anda semakin mudah dan aman melakukan transaksi perbankan,” kata Stephen Liestyo, praktisi perbankan dari Bank Central Asia (BCA). Apalagi, pertumbuhan pengguna ponsel dari hari ke hari cukup menggembirakan.
Tidak heran jika dunia perbankan nasional kini berlomba-lomba memasuki jasa layanan mobile. Ada yang mulai dari pengembangan call center, lalu i-banking dan merambah ke m-banking, tetapi ada pula yang berjalan terbalik. Artinya, layanan m-banking yang dikembangkan paling awal. Kini, layanan m-banking bertambah satu lagi menyusul peluncuran “SMS banking” PT Bank Mandiri (Persero), 5 September lalu. Jasa layanan dari bank terbesar hasil merger empat bank pelat merah ini sebenarnya sudah bisa dinikmati konsumen sejak 14 Agustus sebelumnya.
Menurut Omar S. Anwar, Executive Vice President Retail Banking Bank Mandiri, layanan m-banking yang ditawarkan masih dalam tahap awal. Dengan membenamkan investasi sebesar US$ 200 juta (sekitar Rp 1,7 triliun dengan kurs Rp 8.500 per dolar Amerika) untuk pos teknologi selama periode 2001-2004, Omar yakin banknya akan mudah mengembangkan fitur-fitur yang ada. Maklum, dananya baru tersedot sekitar 35%. Saat ini, fitur yang ditawarkan masih m-banking standar, yaitu cek saldo, informasi rekening giro dan tabungan, transfer antar rekening di Bank Mandiri yang terdaftar, mengubah nomor informasi pribadi (PIN) dan layanan notifikasi SMS, seperti penolakan cek atau bilyet giro atau pengkreditan nilai tertentu pada rekening nasabah.
Fitur-fitur lainnya, seperti info suku bunga, info nilai tukar mata uang asing dan beberapa pembayaran lain, akan diluncurkan pada tahap berikutnya. “Sesuai dengan kebutuhan pengguna m-banking,” kata Omar. Berdasarkan survei yang dilakukannya, ada dua fitur yang paling favorit diakses pengguna, yaitu cek saldo serta transfer. Pemakaian keduanya menempati porsi 65-70%.
Sebagai bank beraset terbesar di Tanah Air, wajar jika menginvestasikan dana yang cukup besar untuk pos teknologi. Menurut Omar, dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan modul perangkat yang terintegrasi, termasuk di dalamnya perangkat keras, perangkat lunak, solusi dan pengembangan layanan elektronik. Tahun ini misalnya, investasi digunakan untuk penambahan 500 unit server AS 400 dari IBM, beberapa modul sistem dan penambahan titik-titik penjualan. Nantinya, juga akan merambah ke layanan perbankan lewat telepon dan internet. Targetnya, kata Omar, tahun 2003 kedua layanan tersebut sudah beroperasi.
Sebetulnya, dalam layanan m-banking, Bank Mandiri bisa dikatakan agak terlambat. Tapi ini bisa dimaklumi karena mergernya sendiri baru rampung pada awal tahun 1999. Namun, meskipun diluncurkan belakangan, layanan m-bankingnya tetap punya keunggulan. Jika selama ini layanan m-banking sebuah bank rata-rata cuma bekerja sama dengan satu operator seluler, Bank pelat merah ini menggandeng sekaligus empat operator seluler GSM (Global System for Mobile Communications) sekaligus, yaitu Telkomsel, Satelindo, Excelcomindo dan IM3. Enaknya lagi, tidak seperti m-banking bank lain, nasabah Bank Mandiri tidak perlu mengganti SIM (Subscriber Identity Modul) card untuk bisa menikmati layanan m-banking. Mereka pun bisa menggunakan ponsel dengan merek dan jenis apa saja asalkan ponsel tersebut bisa untuk mengirim SMS.
Bagi dunia bisnis, kata Omar, layanan m-banking ini punya dampak yang cukup besar. Sebab, jutaan pengguna ponsel tidak perlu lagi mengganti SIM card yang mereka miliki. Sebagai gambaran, saat ini Bank Mandiri memiliki nasabah sekitar 6,5 juta. Sementara pelanggan operator seluler berjumlah sekitar 6 juta orang. Berapa banyak transaksi dan berapa besar dana yang bisa digerakkan oleh mereka? Tentu tidak kecil. Terhadap pelanggan ponsel yang 6 juta itu, Omar sendiri tidak memasang target yang muluk. “Kita ingin meraup pengguna SMS banking dari keduanya, nasabah dan pelanggan operator seluler,” kata Omar.
Keinginan Omar bisa dipahami. Sebab, saat ini tidak kurang dari 10 juta pesan pendek (SMS) terkirim per harinya. Dengan cara yang mudah dan cepat, bank pemerintah ini punya peluang meraup keuntungan dari jasa m-banking. Dibandingkan ongkos transaksi manual yang mencapai satu dolar lebih, biaya transaksi SMS banking Bank Mandiri tergolong murah, yaitu biaya SMS plus Rp 500. Nasabah tidak perlu was-was, karena fasilitas ini diproteksi dengan keamanan berlapis-lapis. Mulai dari nomor SIM card sebagai ID nasabah, nomor rekening sendiri dan nomor rekening tujuan yang harus didaftarkan dulu ke cabang Bank Mandiri. “Nasabah tak perlu cemas jika SIM card-nya hilang, karena orang yang menemukan ponsel tak dapat mencuri uang nasabah,” kata Omar.•••