Berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh masyarakat kota-kota besar untuk menuju ke kantor mereka? Berapa besar mereka kehilangan produktivitas? Ambil contoh pekerja Jakarta yang tinggal di Bekasi, Tangerang, Depok atau Bogor rata-rata menghabiskan waktu 1-2 jam untuk sampai ke kantor.
Bahkan, yang tinggal di pinggir kotapun juga menghabiskan waktu yang hampir sama. Kemacetan lalulintas telah menjadi momok bagi produktivitas. Coba kita hitung, andaikata jumlah pekerja komuter ke Jakarta dua juta saja dan setiap hari mereka menghabiskan waktu satu jam untuk berangkat dan satu jam untuk pulang, maka sudah empat juta jam terbuang percuma. Belum lagi jutaan lainnya di kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, Semarang, Medan dan sebagainya, maka jutaan jam kerja yang terbuang percuma setiap hari. Mungkinkah waktu yang terbuang itu diselamatkan?
Akses ke jaringan nirkabel mungkin menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas bagi pekerja yang menghabiskan waktu berjam-jam di perjalanan untuk menuju ke kantor. Dengan terhubung ke suatu sistem jaringan, di perjalanan kita bisa membaca e-mail, menulis laporan, memantau pergerakan pasar, membuat persetujuan dan aktivitas-aktivitas produktif lainnya. Hukum baru bahwa mobilitas tidak boleh membatasi produktivitas telah menghasilkan teknologi-teknologi baru untuk mendukungnya. Telepon genggam sudah menjadi suatu kebutuhan. GPRS (General Packet Radio System), hotspot, WLAN (Wireless Local Area Network) dan juga Wi-Fi menjadi jargon baru di era komunikasi nirkabel.
Wi-Fi atau “wireless fidelity” telah membawa berbagai kemungkinan baru untuk membuka dan memperluas akses informasi selama dalam perjalanan. Seseorang yang sedang menunggu di bandara misalnya, bisa tetap terhubung dengan jaringan komputer kantornya dan melakukan aktivitas selayaknya dia sedang berada di kantor, baik menggunakan perangkat komputer jinjing atau PDA-nya.
Hotspot yang disediakan di bandara yang memungkinkan seseorang dapat melakukan koneksi ke jaringan. Hotspot yang berbasis Wi-Fi memungkinkan ‘notebook’ yang menggunakan prosesor ‘centrino’ buatan Intel atau yang Wi-Fi enabled (ditambah card atau built-in) dapat langsung terhubung.
Seorang teman, yang sama-sama saya menunggu keberangkatan di bandara terlihat tersenyum, karena ia baru saja merasakan manfaat ‘centrino’ yang terpasang di dalam komputernya. Sejujurnya dia menggunakan komputer yang didukung ‘centrino’ tersebut, sebelumnya, lebih untuk gaya. Namun, setelah dia menggunakannya dalam lingkungan hotspot, yang kebetulan tersedia di bandara, dengan mudah dia dapat menghubungi jaringan komputer kantornya.
Kenyataan ini, meski belum signifikan, namun jika hal itu dilakukan, terutama mereka-mereka yang tingkat mobilitasnya tinggi, maka hal itu akan membantu meningkatkan produktivitas, baik orang perseorangan. Jika dilakukan oleh banyak orang juga akan berdampak lebih besar, baik dalam satu korporasi maupun masyarakat secara luas.
Begitu banyak waktu terbuang percuma selama dalam perjalanan atau ketika menunggu. Bukan hanya di bandara tetapi di stasiun kereta, di kantor pos, di rumah sakit, di terminal bus, di pelabuhan, di bank, di mal-mal dan tempat-tempat urnum lainnya. Namun kunci utama dari semua itu adalah ketersediaan Wi-Fi hotspot.
Mengenai ‘electronic devices’ yang digunakan, saya yakin sekali orang Indonesia selalu membawa yang paling canggih, karena selain punya nilai fungsionalitas yang tinggi, juga tak lupa untuk ‘gaya’. Artinya, walaupun dia tidak pernah memanfaatkan jaringan nirkabel dengan komputer jinjingnya, tapi dia membeli komputer yang didukung kemampuan koneksi nirkabel berbasis ‘centrino’. Belum lagi jumlah pemakai ‘devices PDA-phone’ yaitu perangkat yang berfungsi sebagai telepon genggam sekaligus ‘Personal Data Assistance’.
Masih banyak pengguna PDA-phone yang belum memanfaatkan koneksi nirkabel-nya yang biasanya sudah didukung jaringan GPRS. Kalau alasannya biaya, maka faktanya beberapa operator telkom yang penulis ketahui memberikan harga akses yang murah atau sekitar empat bungkus rokok untuk layanan GPRS tanpa batas selama satu bulan.
Teman kantor penulis bahkan berfoya-foya dengan akses GPRS yang murah tersebut, yaitu berselancar di internet menggunakan GPRS dengan cara menghubungkan telpon genggamnya dengan notebook-nya. Ketika iseng saya Tanya, dia menjawab bahwa akses lewat GPRS lebih cepat dibandingkan melalui jaringan kantor serta tidak ribet dengan banyaknya jaringan kabel.
Kembali ke masalah produktivitas. Bermacam inovasi telah banyak diterapkan guna meningkatkan produktifitas tersebut. Industri yang paling cepat mengadopsi teknologi informasi baru adalah industri keuangan, antara lain perbankan.
Saat ini, kalangan perbankan seolah berlomba-lomba menawarkan layanan baru guna memenuhi tuntutan pelanggannya yang semakin tinggi tingkat mobilitasnya. Mulai dari layanan ATM, phone banking, internet banking sampai mobile banking telah diperkenalkan dan berhasil menekan pemborosan waktu pelanggan.
Perlombaan masih akan terus berlangsung dan bukan hanya terjadi di salah satu industri tapi hamper di semua industri. Siapa yang mampu mengusung inovasi baru yang dibutuhkan pelanggan akan memenangkan perlombaan tersebut. Sayangnya, kebutuhan pelanggan tidaklah statis, tetapi terus berubah dan berkembang.
Wi-Fi, sebagai salah satu bintang baru di dunia komunikasi nirkabel, akan terus berkembang dan mungkin menjadi salah satu inovasi unggulan. Kerjasama perusahaan raksasa Intel dan Cisco telah melahirkan ‘centrino’ yaitu chips yang mempunyai kemampuan koneksi nirkabel. Intel sendiri telah menginvestasikan lebih dari 40 juta dolar untuk ekosistem Wi-Fi, kata Presiden Intel Capital John H.F Miner.
Intel memang terus mempromosikan teknologi Wi-Fi ini, bahkan untuk Asia Intel memperkenalkan mimpi “Unwiring Asia”, yaitu menghubungkan Asia dengan teknologi nirkabel-nya. Jika hal ini menjadi kenyataan, maka akan banyak kemudahan bakal dinikmati, seperti selalu terhubung ke internet atau jaringan, bahkan sampai ke voice over Wi-Fi. Bekerja dan berkomunikasi bisa dilakukan dari jarak jauh sambil menunggu busway dengan biaya terjangkau.
Namun, sebelum hal itu menjadi kenyataan, banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan, antara lain penempatan hotspot, security access, aturan roaming, sampai ke peraturan pemerintah yang mengatur pemanfaatan voice over Wi-Fi.
Infrastruktur menjadi kunci untuk mewujudkan mimpi tersebut. Bagaimana dengan perangkat lunak aplikasi?
Dipandang dari sudut aplikasi, pembangunan Wi-Fi infrastruktur maupun infrastruktur nirkabel lainnya, ibarat pembangunan interchange jalan raya. Informasi dapat terus mengalir walaupun mobil kita melewati persimpangan jalan. Akses ke informasi penting dapat dilakukan kapan saja, dimana saja selama kita berada di daerah hotspot. Informasi penjualan, informasi keuangan, key performance indicator atau data penting yang dibutuhkan tersaji digenggaman kita yaitu di layar telepon genggam atau PDA kita. Proses bisnis bisa terus berjalan baik dan deal-deal dapat dilakukan tanpa kehilangan momentum.•