Tahun 2025 diproyeksikan menjadi babak baru bagi industri hiburan global. Teknologi tidak hanya menjadi alat, tetapi juga mitra yang mengubah cara manusia menikmati hiburan.
Para pemimpin industri dan pemikir kreatif sepakat bahwa tren ini akan membawa hiburan ke dimensi baru, meski dengan tantangan yang tidak bisa diabaikan.
Rania Pratama, CEO SpectraVerse, menyebut tahun 2025 sebagai era hyper-immersive entertainment. Teknologi seperti Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) tidak lagi hanya menjadi pelengkap, tetapi inti dari pengalaman hiburan. “Konsumen ingin pengalaman yang personal, mendalam, dan berbasis komunitas,” ujar Rania. Ia menjelaskan bahwa perusahaannya sedang mengembangkan platform berbasis AI dan VR yang memungkinkan pengguna menciptakan dunia hiburan mereka sendiri.
Namun, apa yang disebut Rania sebagai hiburan imersif tak berhenti di teknologi VR. Armand Fauzan, Chief Innovation Officer di HoloPlay Entertainment, memperkenalkan gagasan hiburan holografik interaktif sebagai tren utama. “Hologram memungkinkan pengalaman fisik tanpa batas geografis. Bayangkan Anda menonton konser musisi favorit langsung di ruang tamu Anda,” katanya. Menurut Armand, teknologi ini menjembatani celah antara dunia digital dan fisik dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di sisi lain, para ahli mengingatkan bahwa teknologi bukan segalanya. Dr. Eliza Mahendra, penulis “Humanizing Entertainment in the AI Era”, menyoroti pentingnya elemen emosional di tengah gempuran inovasi teknologi. “AI dan personalisasi memang menciptakan hiburan yang spesifik, tetapi tanpa emosi, pengalaman itu menjadi kosong. Hiburan yang menyentuh hati akan tetap menjadi inti,” jelasnya.
Nukilan dari buku The Next Wave of Entertainment karya Pauline R. Beckett mendukung pandangan Eliza. Beckett menulis, “Teknologi bukan hanya alat, tetapi mitra kreatif. Tantangannya adalah memanfaatkannya tanpa mengorbankan hubungan autentik dengan audiens.” Ia juga mengingatkan bahwa etika dan keberlanjutan harus menjadi prioritas di tengah perkembangan teknologi ini.
Gagasan-gagasan ini berkelindan, menciptakan gambaran yang lebih utuh tentang arah industri hiburan di masa depan. Teknologi seperti VR, AR, dan hologram membuka peluang baru untuk keterlibatan mendalam. Namun, tanpa elemen manusia dan koneksi emosional, hiburan hanya akan menjadi produk kosong tanpa makna.
Seperti disampaikan Rania, “Tahun 2025 bukan hanya soal inovasi, tetapi soal bagaimana hiburan memperkaya kehidupan manusia.” Di tengah lonjakan teknologi, pertanyaan pentingnya tetap sama: apakah hiburan mampu menyentuh hati, menggerakkan pikiran, dan membangun hubungan yang bermakna?•••