VIEWPOINTS

Mengapa Linux Dirasa Sulit?

Mengapa Linux Dirasa Sulit?

Linux hadir sebagai sistem operasi alternatif, yang memungkinkan setiap institusi menggunakan sistem komputer tanpa harus banyak mengeluarkan dana untuk pembelian lisensi peranti lunak. Kenyataan ini sudah ada sejak 1995, bahkan mungkin lebih awal lagi. Sifat keterbukaan Linux mengundang banyak pihak untuk mengembangkan kelengkapan aplikasinya.

Bagi umumnya pengguna komputer di Indonesia , pembelian paket software legal adalah suatu kemewahan. Banyak institusi, baik swasta maupun negeri, yang mengeluarkan dana besar untuk pengembangan peranti lunak, tapi jarang ada pendanaan untuk pembelian paket software legal. Umumnya, semua dana pengadaan peranti lunak komputer terserap untuk pengembangan sistem khusus yang dibangun untuk menangani kebutuhan tertentu institusi. Bagaimana dengan sistem operasi dan program-program aplikasi yang ada di puluhan dan mungkin ratusan PC untuk kerja penyusunan dokumen sehari-hari? Dapat dikatakan rata-rata PC di Indonesia menggunakan sistem operasi dan program aplikasi bajakan.

Apa pun alasannya, tindak pembajakan tidak bisa dibenarkan. Hal ini tidak sekedar menyangkut masalah etika, namun lebih dari itu, hal itu berdampak ekonomi dan sosial yang tidak menyenangkan. Kita sudah menyaksikan awal sebuah gelombang penyerapan devisa Indonesia ke Amerika melalui penarikan denda jutaan dolar dari pelaku pembajakan peranti lunak oleh pemegang hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Sasaran awal adalah para pemasok komputer. Tidak mustahil, para pengguna akan menjadi sasaran selanjutnya.

Linux hadir sebagai sistem operasi alternatif, yang memungkinkan setiap institusi menggunakan sistem komputer tanpa harus banyak mengeluarkan dana untuk pembelian lisensi peranti lunak. Kenyataan ini sudah ada sejak 1995, bahkan mungkin lebih awal lagi. Sifat keterbukaan Linux mengundang banyak pihak untuk mengembangkan kelengkapan aplikasinya. Kini Linux hadir dengan sistem antar muka grafis, sehingga semakin memudahkan penggunaan program-program aplikasinya.

Artikel ini mencoba menganalisa sebab-sebab sulitnya Linux menembus pasar masyarakat awam (awam dalam pengertian bukan hacker/programmer ) secara luas. Dengan begitu, kita dapat menyusun strategi "pemasaran" Linux yang lebih baik.

Benarkah Linux Kini Lebih Mudah?

Ilustrasi 1:

Ketika majalah InfoLinux nomor pertama muncul, saya mendapat telpon dari saudara di Jakarta menanyakan apakah benar Linux merupakan sistem operasi masa depan, sebagaimana tertulis di cover majalah itu. Tanpa ragu, saya jawab ya. Sebagai install maniac, yang selalu menginstal sistem perangkat lunak versi terbaru, saudara saya langsung memasukkan CD bawaan Infolinux itu ke driver di komputernya. Dengan modal klik tombol yes, yes, yes, next, next, next, finish , terpasanglah sistem operasi Linux Mandrake 8.0. Esok harinya, dia mengabarkan sudah berhasil set-up dial-up networking dan menikmati akses Internet dengan Netscape dari sistem Linuxnya. Selain internetworking , kerja penyuntingan naskah dan printing -nya juga sudah bisa dilakukan. Dia bangga telah berhasil menggunakan sistem operasi masa depan.

Ilustrasi 2:

Tiap hari, anak salah seorang kolega saya mampir ke kantor sepulang sekolah. Sambil menunggu diantar pulang ke rumah, dia kadang bermain game di komputer kerja di meja saya yang bersistem operasi Linux. Suatu hari, kolega saya mengeluh karena anaknya menginstal sistem Linux yang didapatnya dari rental CD. Memang, sejak saat itu, dia bisa main game-game Linux di rumahnya, tetapi bapaknya kebingungan ketika ditanya bagaimana menjalankan game-game yang sudah ada sebelumnya. Anak itu memang sudah biasa melakukan instalasi game baru di sistem operasi lama. Dia piker, Linux adalah sistem game yang bisa dipasang sebagaimana game-game terdahulu.

Kedua kisah di atas menggambarkan bahwa bagi yang tidak punya bayangan terlalu jauh tentang sistem operasi, instalasi Linux tidak lebih dari sekedar "sistem upgrade" atau instalasi "game baru." Lalu, mengapa bagi kebanyakan orang, Linux terdengar sedemikian kompleks dan sulit digunakan/dipelajari? Jawabnya tidak mudah, karena ada banyak faktor yang menentukan.

Masalah Kebiasaan

Linux berbeda dari sistem operasi kompetitor yang sudah biasa digunakan di banyak komputer di Indonesia . Secara psikologis, orang tidak mudah meninggalkan kebiasaan itu dan mempelajari lebiasaan baru. Kemudahan dan keunggulan fitur baru tidak selalu menarik masyarakat untuk menggunakannya. Telkom merasa perlu mengiklankan fitur baru secara gencar dengan slogan "ini hanya masalah kebiasaan." Mungkin, Linux bisa belajar dari pengalaman bagaimana Chi Writer mencuri pasar WordStar.

Zaman keemasan WordStar (WS) pernah terusik oleh kehadiran Chi Writer, word processor yang juga bekerja pada terminal non grafis. Dari sisi kemampuan olah dokumen, Chi tidak lebih canggih dari WS. Namun, Chi menyediakan font grafis dan sedikit fasilitas editing diagram khusus dengan font grafis tersebut, sehingga berbagai diagram kompleks bisa digambar dengan simbol-simbol dari Chi. Fasilitas menggambar diagram dari Chi mampu menarik perhatian pengguna WS, yang waktu itu belum dilengkapi fasilitas edit diagram. Lama kelamaan banyak orang (yang memerlukan fasilitas editing diagram) beralih dari WS ke Chi.

Bagaimana dengan Linux? Fitur unggulan apa yang bisa digunakan sebagai pemicu masyarakat untuk menggunakannya? Dengan sifat dasar multi user , Linux dirancang sebagai sistem operasi jaringan komputer. Bagi pengelola jaringan komputer, keunggulan Linux dalam penanganan berbagai aplikasi jaringan (utamanya yang berbasis Internet/Intranet) sudah dikenal baik. Umumnya mereka sudah menggunakan Linux. Bagaimana dengan masyarakat awam? Satu-satunya keunggulan yang terlihat adalah, Linux merupakan sistem yang bisa diperoleh secara gratis. Padahal, peranti lunak yang biasa digunakan pun diperoleh secara gratis (alias membajak), mengapa harus ganti kebiasaan?

Paket Raksasa

Selain masalah kebiasaan, Linux yang kita lihat dalam distro (istilah untuk koleksi sistem perangkat lunak yang didistribusikan) RedHat, SuSE, Mandrake, dan lainnya, pada dasarnya, adalah kumpulan banyak sistem peranti lunak dalam satu sistem instalasi. Coba Anda bayangkan melakukan instalasi: Windows, Office, Corel Draw, PhotoShop, Visio, SPSS, Delphi , Interbase, AutoCad dan Mapinfo (semua merek terdaftar) sekaligus dari satu buah paket sistem! Itu lah yang Anda lakukan ketika menjalankan proses instalasi sistem Linux.

Besarnya koleksi sistem perangkat lunak dalam distro linux mengahadapkan pengguna Linux pada amat banyak pilihan. Salah satunya, yang nampak langsung bagi pengguna adalah window manager . Diawali oleh sistem MacIntosh dari Apple Inc., sistem antar muka grafis hasil riset Xerox PARC langsung berkembang pesat di banyak sistem komputer: MacIntosh, Microsoft Windows, X Window System dengan gaya Open Look, Next Step dan sebagainya. Masing-masing sistem antar muka grafis membawa kenampakan dan gaya look and feel yang khas dikembangkan oleh masing-masing perusahaan. Linux menyajikan semua untuk dipilih.

Banyaknya pilihan dikarenakan banyaknya hacker (istilah untuk pecandu pengembangan sistem) Linux; selera terhadap tampilan dan gaya GUI sangat bervariasi. Akibatnya, kini pengguna Linux awam ( non hacker ) harus berhadapan dengan banyak pilihan GUI. Gnome dan KDE adalah dua yang sedang ngetrend , saat ini. Di masa lalu, FVWM dan Enlightment banyak digemari. Tidak mustahil, dalam waktu dekat, muncul sistem lain dengan gaya yang lebih menarik sebagai tambahan alternatif. Bagaimana mungkin tiba-tiba disodorkan ke hadapan kita banyak gaya untuk dipilih?

Keamanan

Sebagai sistem operasi bercorak Unix, Linux dibangun dengan konsep penggunaan multitasking /proses, multi user , dengan opsi single atau multiprosesor. Multitasking memberi fasilitas menjalankan banyak program berbarengan, multiuser memberi fasilitas banyak orang menggunakan komputer yang sama berbarengan. Dalam lingkungan yang serba multi, ada banyak hal harus dikelola dengan sangat hati-hati, agar tidak terjadi perebutan penggunaan peralatan oleh banyak pihak yang membutuhkan. Hal ini mengharuskan Linux menerapkan sistem proteksi terhadap elemen-elemen operasinya. Elemen-elemen itu, antara lain: sistem-sistem berkas, proses, peralatan input/output , dan komunikasi. Tanpa proteksi, kesalahan suatu proses dapat merusak hasil kerja proses lain. Dalam konteks multiuser , seorang user dapat mengganggu proses, maupun hasil kerja user lain.

Tanpa memahami sistem proteksi (sering disebut security ), pengguna Linux awam akan menjumpai hal yang tidak biasa, seperti: harus melalui proses login sebelum bisa menggunakan sistem, tidak bisa melakukan copy file ke sembarang direktori, dan tidak bisa menghapus berkas-berkas tertentu, yang dianggap tidak penting dan sebagainya. Namun, konsep security memang harus diterapkan. Linux akan membimbing kita untuk berlaku tertib dalam mengikuti prosedur pengamanan data.

Sistem Operasi Jaringan

Linux dapat dikatakan sebagai sistem operasi jaringan komputer. Banyak fasilitas di Linux memang dirancang khusus untuk menangani sistem jaringan komputer. Hal ini memberi kesan seolah-olah Linux tidak ada gunanya, tanpa jaringan komputer. Kenyataannya, proggram-program aplikasi komputer di linux banyak yang tidak ada sangkut-pautnya dengan jaringan komputer. Naskah ini diketik dengan LyX, antar muka grafis dari sistem editing dokumen LaTeX, salah satu dari sekian banyak word processor yang tersedia di Linux.

Mengapa LyX? LyX memanfaatkan fasilitas antar muka grafis secara optimal dengan tetap mengandalkan mesin LaTeX untuk produksi hasil akhir. Selain itu, masih ada word processor Abiword, StarOffice dan Koffice; semua bekerja dengan baik, hanya saja StarOffice lebih berat di penggunaan memori. Paket program R-base untuk statistik dan Qcad untuk computer aided design (CAD) tidak harus ada sangkut-pautnya dengan jaringan komputer.

Adakah Macromedia Director di Linux?

Pertanyaan yang sering muncul bagi non pengguna linux adalah: "Adakah paket perangkat lunak X di Linux?" Jawabannya sangat boleh jadi: "Tidak." Memang, beberapa peranti lunak, seperti Corel Draw dan Matlab, ada yang dibuat untuk Linux. Namun, paket-paket semacam itu tidak dapat diperoleh dan dikembangkan secara bebas, sebagaimana peranti lunak di Linux pada umumnya.

Pertanyaan yang mestinya dilontarkan adalah: “Bisakah saya melakukan word processing dengan nyaman?” “Dapatkah menggunakan CAD, pemrosesan informasi geografis dan pemrograman sains, di lingkungan Linux?” Jawabnya, "Bisa!" Banyak peranti lunak aplikasi komputer dikembangkan di lingkungan Linux untuk berbagai macam kerja komputasi. Cara penggunaan dan penampilannya bisa jadi lain dengan yang sudah biasa digunakan. Namun, kenyamanan penggunaan dan kualitas pemrosesan peranti lunak open source tidak kalah, bahkan sering lebih baik dibanding perangkat lunak komersial untuk tujuan komputasi yang sama.

Bagaimana nasib berkas kerja lama saya?

Kebanyakan program-program aplikasi komputer saat ini dilengkapi modul filter , yang berfungsi sebagai alat konversi berbagai format data dari berbagai berkas kerja. Misalnya, Microsoft Word dilengkapi filter untuk berkas-berkas WordPerfect. Komunitas opens ource sudah memberikan perhatian cukup besar dalam pengadaan filter format data aplikasi Dos/Windows ke format data aplikasi Linux, dan sebaliknya. Format baku seperti RTF, WMF, dan DXF bisa dipakai sebagai jembatan migrasi atau porting meja kerja dari suatu sistem operasi ke sistem operasi lain.

Bisakah Linux terpasang bersama Windows?

Secara teknis, bisa. Dalam praktik, pemasangan Linux bersama Windows akan menghambat proses belajar Linux itu sendiri. Pasalnya, kesulitan dalam penggunaan Linux acap kali diselesaikan dengan booting Windows. Itulah mengapa Microsoft memberi prioritas nomor 1 pada kemampuan Windows menjalankan program-program aplikasi DOS. Dengan begitu, pengguna Windows akan tetap bisa menjalankan program-program aplikasi DOS tanpa harus booting DOS.

Ada upaya untuk bisa menjalankan program-program aplikasi Windows di Linux, misalnya produk Wine. Namun, upaya ini umunya tidak menjadi prioritas nomor 1 bagi pengembang Linux. Mungkin, itu sebabnya perusahaan yang mencoba terjun ke dunia Linux dari tradisi Windows tidak bisa bertahan, tanpa mengikuti pola pengembangan Linux itu sendiri. Sun bercokol di Linux dengan menyumbangan source Star Office dalam bentuk yang menjadi OpenOffice. Borland mendapat tempat terhormat dengan menyumbangkan source Interbase (FireBird). Corel menarik diri dari dunia Linu, sementara saya merasa, IBM dan Oracle, belum mendapat perhatian yang semestinya dari pengguna Linux, meki terus mencoba bertahan dengan porting DB2 dan Oracle di Linux.

Dengan GUI dan program-program aplikasi canggihnya, Linux telah siap memasuki pasar pengguna PC desktop/laptop. Namun, Linux hanya mampu meraih hati pengguna dengan unggulan khusus. Dari sisi server dan router jaringan komputer, Linux melenggang dengan mudah. Dari sisi PC desktop, belum ada produk Linux dengan keunggulan cukup menggigit untuk merebut pengguna Windows. Unggulan utama Linux dalam hal model lisensi, tidak laku di Indonesia , mengingat praktik pembajakan peranti lunak dianggap sebagai perbuatan wajar.•••

Related Articles

Obat Sakit Kepala Sang Direktur

Obat Sakit Kepala Sang Direktur

Pop-Up Marketing, Efektifkah?

Pop-Up Marketing, Efektifkah?

Mirip Lagu Benci Tapi Rindu

Mirip Lagu Benci Tapi Rindu

GLOBAL TECHNOLOGY GROUP
PT Global Trimitra Mandiri
PT Global Tricitra Moderniti
PT Citra Media Prima

e-mail: halo(@)ebizzasia.com

Magazine

Visitor Counter

000052157709
Today: 7
This Week: 22
This Month: 224
Last Year: 520
Total: 52,157,709
  • Monday - Friday : 08.00 - 17.00 WIB